Mungkin kita sering mendengar bahwa minat baca masyarakat kita rendah. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan bagi pihak-pihak yang peduli akan literasi gosip masyarakat. Tapi bagaimana dengan keadaan di lapangan? Fakta berbicara lain. Minat baca masyarakat kita bahu-membahu tinggi. Setidaknya itulah fakta yang kami dapat selama 4 hari di Surabaya dan Pasuruan bersama YPPI.
Ada hal unik yang ada disini yang perlu dikembangkan di daerah-daerah lain, misalnya konsep TBM (Taman Belajar Masyarakat) dan STO (Stop Over atau layanan perpustakaan keliling).
Awal kedatangan kami ke Surabaya pada hari Selasa, Tanggal 8 Februari 2011 dalam rangka berkunjung ke YPPI, LSM yang bergerak pada perjuangan peningkatan minat baca masyarakat, khususnya di daerah Surabaya dan di sekitarnya. Kaget, itulah verbal dari kami ketika di jemput “PUSTAKAWAN”, kendaraan beroda empat oprasional YPPI. Yang lebih membuat kaget bercampur heran dan kagum, alasannya ialah kami dijemput oleh pentolan YPPI, Bu Trini serta disambut dengan rundown kegiatan ke aneka macam tempat yang sudah menunggu kami singgahi. Dengan sigap, Bu Trini mengantar kami ke obyek fenomenal yang ada di Surabaya, Jembatan Nasional Suramadu yang dilanjutkan dengan makan siang di Pamekasan, Madura.
Acara dilanjutkan ke STO atau biasa disebut Mobil Pintar yang sudah dijaga oleh 2 pelopor YPPI, mas Dimas dan Mba Pipit. Saya sangat kagum pada layanan yang satu ini, begitu beda dengan yang pernah saya lihat. Interaksi antara pemakai dengan petugas sangat dekat.
Kemudian kami diantar menuju kantor YPPI yang jaraknya tidak terlalu jauh dari STO yang gres saja kami kunjungi. Sekilas kantor yang sehari-hari digunakan YPPI menyerupai rumah pada umumnya. Sebelum bertemu dengan teman-teman pelopor YPPI, kami diantar ke rumah Bu Trini yang bersebelahan dengan Kantor YPPI. Sambutan hangat dari semua teman-teman pelopor YPPI membuat rasa grogi yang kami rasakan sedikit cair. Tak sedikit gelak tawa yang kita rasakan ketika memperkenalkan diri masing-masing memecah suasana yang tegang dan kami pun di persilahkan untuk beristirahat, alasannya ialah masih ada 1 kunjungan penutup untuk hari ini.
Tempat yang akan kami kunjungi ialah TBM @ Mall, salah satu kegiatan dari pemerintah yang intinya merupakan perluasan target budaya membaca di tempat-tempat umum, salah satunya pasar modern atau Mall. Di Surabaya sendiri, terdapat 3 TBM @ Mall, salah satunya ialah Bibliopolis yang mengangkat konsep tata ruang minimalis dan menggunakan sistem pengklasifikasian yang lebih sederhana dan mudah digunakan bagi pengguna yang belum paham.
Taman Belajar Masyarakat
Begitulah cuplikan perjalanan kami pada hari pertama berada di Surabaya. Selama 4 hari mulai dari pukul 08.00 – 21.00 wib kami mengunjungi beberapa Taman Belajar Masyarakat yang di bimbing oleh YPPI di sekitar Surabaya menyerupai TBM Nusantara dan TBM Mawar serta di Pasuruan kami juga berkunjung ke TBM Mandala Bangsa dan TBM Intan Pustaka. Setidaknya selain mengunjungi TBM, kami juga berkunjung ke STO, Perpustakaan Daerah Jawa Timur, Perpustakaan Kota Surabaya, TBM @ Mall Bibliopolis dan Employ Library Sampoerna.
Setiap objek yang kami kunjungi memiliki banyak kelebihan dari kreatifitas, kekompakan masyarakat baca, sampai petugas yang berperan aktif untuk mengajak pemustaka aktif dan potensial untuk datang ke tempat mereka. Tidak sekedar membaca, kegiatan bedah buku, pelatihan, wisata pustaka, dan lainnya merupakan upaya dalam membudayakan membaca dan meningkatkan keahlian masyarakat. Di TBM Nusantara, aneka macam unit perjuangan di berdayakan menyerupai kerajinan, pembuatan sabun cair, jasa hantaran pengantin dan sebagainya. TBM Mawar dengan aneka macam prestasi yang telah diraih, menerima aneka macam akomodasi suplemen yang sangat membantu untuk menarik minat pengunjung. Di pasuruan sendiri, TBM Intan Pustaka-lah yang menjadi andalannya. Walau jam operasional yang cukup singkat, unit perjuangan yang dijalankan cukup membuat pengurus sibuk. Mulai dari membuat batik, sambal pecel, bordir, sampai yang sedang dirintis, perjuangan bakery.
Bagaimana dengan kawasan lain?
Memang harus diakui bahwa masih ada sebagian masyarakat yang kurang gemar membaca. Tapi kitapun tidak mampu serta merta menyalahkan mereka. Ada banyak hal yang sangat mempengaruhi minat baca ini yang mampu bersal dari internal maupun dari eksternal masyarakat.
Faktor internal misalnya rasa malas alasannya ialah memang pada umumnya masyarakat kita belum terbiasa membaca semenjak kecil dan belum beranggapan bahwa membaca ialah sebuah kebutuhan sehingga kalaupun tidak membaca mereka juga merasa fine-fine saja.
Faktor eksternal rendahnya minat baca suatu masyarakat antara lain:
- Keadaan lingkungan yang kurang mendukung misalnya seorang anak yang tidak dididik untuk biasa membaca sehingga keadaan itu terbawa sampai cukup umur atau orang-orang cukup umur yang dikalahkan oleh faktor kebutuhan.
- Ketersediaan materi bacaan. Singkat kata jikalau tidak ada yang dibaca, apanya yang dibaca?Hal ini tentunya alasannya ialah masyarakat kita sebagian besar kurang berpengaruh dari segi ekonomi sehingga rasanya berat kalau mereka harus membeli buku-buku bacaan.
- Kurang memungkinkan susukan koleksi perpustakaan. Hal ini mampu alasannya ialah lokasi tempat tinggalnya yang jauh dari perpustakaan atau alasannya ialah terlalu sibuk bekerja.
- Kurangnya sosialisasi perpustakaan. Sampai ketika ini masih banyak perpustakaan yang pasif sehingga keberadaanya kurang dikenal masyarakat. Hal ini sangat disayangkan alasannya ialah koleksi yang ada jadi tidak dimanfaatkan dengan optimal. Selain itu perlu diakui juga bahwa kebanyakan petugas layanan perpustakaan kita kurang welcome kepada pemustaka sehingga pemustakapun kurang nyaman dalam memanfaatkan jasa perpustakaan.
Tentu saja tidak. Kita orang-orang yang bergerak di bidang literasi gosip harus mengupayakan adanya perubahan. Apasaja yang mampu kita lakukan?
- Mendidik masyarakat supaya gemar membaca semenjak masa kanak-kanak. Caranya mampu menyerupai yang ada di TBM TBM yang dikelola oleh YPPI.
- Membuat TBM, perpustakaan komunitas, rumah pintar, atau yang sejenisnya untuk menyediakan materi bacaan kepada masyarakat.
- Mengadakan layanan perpustakaan keliling untuk menjangkau kawasan yang jauh dari perpustakaan. Perpustakaan keliling ini mampu memilih tempat di sekolah-sekolah, kantor kelurahan atau tempat lain yang memungkinkan.
- Meningkatkan sosialisasi perpustakaan termasuk jasa-jasa yang disediakan oleh perpustakaan. Untuk petugas layanan harus merubah pemikiran, bahwa ia ada untuk pemustaka sehingga ia bekerja dengan sepenuh hati. Dengan demikian pelayanan perpustakaan dapat lebih optimal alasannya ialah ujung tombak perpustakaan ada pada layanannya.
Namun, semuanya tidak mampu lepas dari peran aktif masyarakat dan sentuhan pejabat di sekitarnya. Sosialisasi kepada masyarakat di sekitar dirasa perlu diadakan secara rutin alasannya ialah minat baca masyarakat belum sepenuhnya tergerak. Diharapkan pemerintah tidak hanya membantu dalam pengadaan koleksi, derma fasilitas, dan sosialiasi pada awalnya saja. Semoga kedepannya akan berjamurnya TBM-TBM tidak hanya di Jawa Timur, tetapi di seluruh pelosok Indonesia. Dan dari TBM mampu menciptakan ide-ide gres yang dapat menunjang perekonomian masyarakat.
[Me and Ju Um Ha]
Ilmu perpustakaan Minat Baca Masyarakat Rendah. Apa iya..??
4/
5
Oleh
Unknown